Teks

" Selamat bergabung di BLOG KABAR CHOW

Mengenai Saya

Foto saya
Meliau, Kalimantan Barat, Indonesia
Carilah dulu kerajaan Allah dan kebenarannya, dan semuanya akan ditambah padamu.

Kamis, 02 Juli 2009

Kenang Pater Lamber

Pater Lambert P. Seran SVD

Di Jalan Polisi Istimewa Surabaya, persis berdampingan dengan kompleks SMAK St Louis I, berdiri megah gedung SOVERDI. Ini akronim dari SOCIETAS VERBI DIVINI (juga disingkat SVD), biasa diindonesiakan dengan SERIKAT SABDA ALLAH. Sebuah kongregasi atau tarekat Katolik yang sangat terkenal di tanah air.
Asal tahu saja, misionaris SVD yang mulai masuk ke Indonesia pada 1913 itu menyumbang pastor atau imam terbanyak di Indonesia Raya, bahkan dunia.Saya sering betandang ke SOVERDI karena banyak orang Floresnya. Juga ada gudang buku NUSA INDAH, yang menyediakan buku-buku murah (dan bagus) terbitan Nusa Indah, Ende Flores. “Sejak dulu di sini memang jadi tempat mangkal orang Flores. Apalagi, waktu Kapal Ratu (Rosari) masih ada,” kata LAMBERT RESI (almarhum, orang Ende), bekas manajer Gudang Buku Nusa Indah.Bagi saya, yang jauh lebih penting, di SOVERDI ini ada Pater LAMBERTUS PADJI SERAN SVD, pastor kelahiran Hinga, Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, pada 16 Oktober 1930. Pater Lambert, sapaan akrabnya, sudah pensiun, dan kini menghabiskan masa tuanya di SOVERDI: Bikin misa. Berkebun. Merawat tanaman. Menyiram. Omong-omong. Terima tamu, karena romo ini banyak relasi. Melayani konsultasi umat. Pater Lambert kerap berkomunikasi dengan tamu dalam bahasa asing (Barat). Bahasa apa saja, monggo, karena dia poliglot alias menguasai banyak bahasa (Latin, Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Belanda, Inggris). Kefasihannya berbahasa asing tak kalah dengan penutur asli. Selancar dia berbahasa Indonesia atau daerah (Lamaholot).“Orang yang sudah pensiun macam saya harus aktif. Tidak boleh santai, tidur-tidur saja,” ujar Pater Lambert kepada saya. Sang Pater (PATER = FATHER = ROMO = BAPAK) ini makin semangat bicara manakala ada tersedia minuman khas Flores Timur, plus jagung titi.

Bicaranya meledak-ledak, khas Adonara Timur. Nah, bagi saya, bertemu dengan Pater Lambert Padji Seran berarti bicara dalam Bahasa Lamaholot, bahasa utama di Kabupaten Flores Timur. Dia pakai dialek Adonara Timur, saya pakai dialek Ile Ape. Seru! “Wah, pokoknya kalau Pater Lambert ketemu Lambert (maksudnya, saya: LAMBERTUS LUSI HUREK) pasti seru,” komentar Lambert Resi, almarhum, teman diskusi Pater Lambert, lalu tertawa kecil.Pater Lambert punya posisi penting bagi keluarga kami. Beliaulah yang memberi nama LAMBERTUS alias LAMBERT kepada saya. Nama permandian yang sama dengan dirinya. Saya pun dipermandikan di kampung, Ile Ape, Lembata oleh Pater Lambert Padji Seran SVD. Kebetulan pada 1970-an Pater Lambert menjabat pastor paroki Ile Ape, Flores Timur. Dia juga sering menginap di rumah saya, karena dulu kondisi pastoran sangat buruk.Pater Lambert kenal baik kedua orang tua saya, NIKOLAUS N HUREK dan MARIA YULIANA (wafat 1998). Makanya, setiap kali cuti ke Flores Timur, Pater Lambert menyempatkan diri nyekar dan berdoa di makam almarhumah ibunda saya. Kalau ada pemberkatan apa-apa, menurut tradisi Katolik, keluarga kami ‘memprioritaskan’ Pater Lambert Padji Seran. Beliau yang berkati salib di kamar saya. Yah, romo sepuh ini sudah jadi pastor keluarga kami. ******* DI kalangan umat Katolik, setidaknya yang pernah mengenal dia, Pater Lambert Padji Seran SVD punya ciri khas yang sangat unik. Apa itu? Pastor ini senantiasa pakai songkok alias kopiah. Itu lho sejenis topi yang lazim dipakai jemaat muslim untuk salat. Juga lazim dipakai pejabat kita di acara-acara resmi.“Lha, romo kok pake kopiah? Kayak kiai wae,” begitu guyonan beberapa umat. [Romo kok pakai kopiah? Kayak kiai saja.] Melihat pria sepuh ini pakai kopi di kebun, mencangkul tanah, tak sedikit orang menyangka bahwa Pater Lambert itu tukang kebun atau petani. “Oh... maaf Romo, saya nggak nyangka kalau panjenengan itu pastor,” kata Sisilia, mahasiswi sebuah perguruan tinggi di Surabaya suatu ketika. Pater Lambert sih tenang-tenang saja. Petani, tukang kebun, pegawai negeri, pastor... sama-sama manusia, bukan?Bagi Pater Lambert, songkok hitam itu sudah jadi bagian dari hidupnya. Dus, tak perlu dijelaskan lagi kenapa dia harus pakai penutup kepala macam itu. Kita juga tak perlu menjelaskan kenapa kita harus pakai baju, celana, kemeja, sarung, bukan? Saat memimpin misa di gereja pun Pater Lambert pakai songkok. Jubah putih, kasula, alba... plus songkok – sebuah kombinasi unik. Secara fisik, Pater Lambert itu romo berpenampilan kiai. Hehehe....Ada kesaksian menarik dari Dr. DANIEL DHAKIDAE, kini kepala penelitian dan pengembangan harian KOMPAS di Jakarta. Daniel bekas murid Pater Lambert di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi alias Seminari Tinggi Ritapiret di Flores. Dia keluar dari seminari dan melanjutkan karier sebagai sosiolog ternama.Pada 1967 Pater Lambert menjabat praefectus, semacam kepala unit para seminaris. Menurut Daniel Dhakidae, sebagai hadiah Paskah tahun itu Pater Lambert membelikan songkok (kopiah) berwarna hitam untuk semua frater alias calon pastor. Songkok itu harus dipakai para frater untuk kuliah dan acara-acara resmi lainnya. Ketika para frater di Ritapiret, tempat studi calon imam praja, kuliah di Ledalero pakai kopiah, kontan saja, menjadi bahan tontonan warga setempat. Warga yang umumnya Katolik heran melihat semua frater, calon pastor, pakai songkok kayak kaum muslimin yang mau salat jumat di masjid. “Kontras sekali dengan jubah putih para frater, sehingga begitu menarik perhatian,” kata Daniel. Apa yang hendak disasar Pater Lambert Padji Seran SVD dengan ‘gerakan songkok’ 1967? Rupanya, dia bertekad ‘mengindonesikan’ Gereja Katolik dengan caranya sendiri. Membuat gereja lebih berwajah pribumi. Gereja yang tidak berwajah Eropa atau Barat. Kebetulan, waktu itu, Presiden Soekarno dikenal sebagai pemimpin besar yang selalu pakai songkok di acara resmi mana pun. “Jangan-jangan Pater Lambert ini orangnya Bung Karno,” begitu komentar beberapa pihak yang mencoba mempolitisasikan ‘gerakan songkok’ ala Pater Lambert.KINI, 40 tahun telah berlalu. ‘Gerakan songkok’ Pater Lambert mulai jarang dibicarakan di lingkungan gereja. Diingat saja pun tak. Namun, jejaknya masih terasa sampai sekarang. Kalau tuan datang ke Flores, atau Nusa Tenggara Timur umumnya, tuan akan menemukan banyak frater atau pastor yang selalu pakai songkok. Paling banyak, songkok khas Manggarai (Flores Barat) dengan motif anyaman. Saya kira, sedikit banyak berhubungan dengan ‘rekayasa sosial’ yang dirintis Pater Lambert sejak 1967 lalu. Bagaimanapun juga, Pater Lambert guru yang baik. Dia harus kasih contoh. Karena itu, hingga hari ini Pater Lambert tak pernah melepaskan songkok dari kepalanya. Di mana pun ia berada songkok selalu menemani. Pater Lambert memang layak menyandang gelar PASTOR SONGKOK.

Rabu, 22 April 2009

Lito Pedion (Bayi yang sudah membatu)


24 Tahun Bayi Menjadi Batu di Perut

LENI JUWITA
MEMBATU - dr H Hafiz Usman SpOG memerlihatkan bayi yang sudah membatu atau dalam istilah medis Lito Pedion yang ditemukan dalam rongga perut Ny Painah (48) saat tim dokter melakukan operasi pengangkatan mioma uteri (tumor jinak) dalam rahim pasien. Operasi dilakukan Rabu (22/4) di RS dr Nosemir Baturaja.
/


Kamis, 23 April 2009 07:35 WIB
BATURAJA, KOMPAS.com - Tim dokter dikejutkan dengan ditemukannya bayi yang sudah membatu dalam rongga perut Ny Painah (48) pada saat operasi pengangkatan mioma uteri yang dilakukan tim dokter dipimpin dr H Hafiz Usman SpoG di Rumah Sakit dr Noesmir Baturaja Rabu (22/4). Bayi dengan berat sekitar 300 gram – 400 gram dan panjang 14 cm itu menurut keluarga Painah sudah menghuni perut ibunya selama 24 tahun. Namun setelah acara tujuh bulanan, bayi hilang dan perut ibunya berangsur mengecil seperti orang sudah bersalin.Dokter H Hafiz Usman SpOG mengatakan kasus ini atau dalam istilah medis Lito pedium (lito berarti batu dan pedium artinya anak) baru pertama kali ditemukan di Ogan Komering Utara (OKU). Ibu bayi mengalami kehamilan intraabdominal /ekstra utrin. Bayi meninggal dunia pada kehamilan tujuh bulan dan tidak ada jalan keluar (lahir) karena posisi bayi di dalam rongga perut atau bayi berada di luar rahim. Leni Juwita

Kamis, 16 April 2009

Pentingnya Fungsi Air Dalam Tubuh Kita

Patut kita ketahui demi kesehatan kita semua.........

KEKENTALAN DARAH DALAM TUBUH, MENGAPA TERJADI???
Ada satu pertanyaan yang masuk ke mail box saya, yaitu "Mengapa harus minum air putih banyak-banyak. .?"
Well, sebenarnya jawabannya cukup "mengerikan" tetapi karena sebuah pertanyaan jujur harus dijawab dengan jujur, maka topik tersebut bisa dijelaskan sbb: Kira-kira 80% tubuh manusia terdiri dari air. Malah ada beberapa bagian tubuh kita yang memiliki kadar air di atas 80%.Dua organ paling penting dengan kadar air di atas 80% adalah :
Otak dan Darah. !! Otak memiliki komponen air sebanyak 90%, Sementara darah memiliki Komponen air 95%. Jatah minum manusia normal sedikitnya adalah 2 liter sehari atau 8 gelas sehari.
Jumlah di atas harus ditambah bila anda seorang perokok. Air sebanyak itu diperlukan untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh kita lewat air seni, keringat, pernapasan, dan sekresi. Apa yang terjadi bila kita mengkonsumsi kurang dari 2 liter sehari...? Tentu tubuh akan menyeimbangkan diri. Caranya...? Dengan jalan "menyedot" air dari komponen tubuh sendiri.Dari otak...? Belum sampai segitunya (wihh...bayangkan otak kering gimana jadinya...), melainkan dari sumber terdekat : Darah. !! Darah yang disedot airnya akan menjadi kental. Akibat pengentalan darah ini, maka perjalanannya akan kurang lancar ketimbang yang encer. Saat melewati ginjal (tempat menyaring racun dari darah) Ginjal akan bekerja extra keras menyaring darah. Dan karena saringan dalam ginjal halus, tidak jarang darah yang kental bisa menyebabkan perobekan pada glomerulus ginjal. Akibatnya, air seni anda berwarna kemerahan, tanda mulai bocornya saringan ginjal. Bila dibiarkan terus menerus, anda mungkin suatu saat harus menghabiskan 400.000 rupiah seminggu untuk cuci darah Eh, tadi saya sudah bicara tentang otak ' kan ...? Nah saat darah kental meng alir lewat otak, perjalanannya agak terhambat. Otak tidak lagi "encer", dan karena sel-sel otak adalah yang paling boros mengkonsumsi makanan dan oksigen, lambatnya aliran darah ini bisa menyebabkan sel-sel otak cepat mati atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya..(ya wajarlah namanya juga kurang makan...) Bila ini ditambah dengan penyakit jantung (yang juga kerjanya tambah berat bila darah mengental.... ),maka serangan stroke bisa lebih lekas datang sekarang tinggal anda pilih: melakukan "investasi" dengan minum sedikitnya 8 gelas sehari- atau- "membayar bunga" lewat sakit ginjal atau stroke. Anda yang pilih...!

Rabu, 15 April 2009

Kerajaan MELIAU

MELIAU


Menurut suku ini sendiri, bahwa keturunan mereka benar berasa dari Jawa. Mereka adalah orang kampung / pedesaan dari Jawa pengikut Putera Brawijaya dalam perlawatannya ke Sukadana.

Berhubung pada zaman kerajaan Matan (sebenarnya kerajaan Tanjungpura) sering terlibat dalam kanca peperangan dan gangguan bajak laut, terpaksa mereka meninggalkan Sukadana, Mereka lari menyusuri sungai masuk ke pedalaman hingga menyeberangi sungai Kapuas. Mereka merasa aman menempati daerah yang disebut MELIAU. Disiniah mereka hidup berkembang biak dengan mengerjakan tani dan memburu. Dengan tiada mereka mengetahui, bahwa daerah ini telah banyak juga pendatang mendiaminya.

Ada yang datang dari Daya Beaju, suku ini bersifat ganas-ganas, berbadan kuat dan banyak rombongannya.

Ada juga yang datangnya dari Daya Ambalau, hulu kapuas.

Ada juga yang datangnya dari Daya Bukit, daerah Landak.

Jaman ini masih senang orang mengayau, sehingga orang-orang sering berpindah-pindah tempat. Akhirnya mereka berunding dan mengutus kepala kelompoknya yang bernama RANGGA MACAN untuk menghadap raja Tanjungpura. Dari Sukadana dibawanya gumpalan tanah dari tungku dapur menanak nasi Raja, sebagai jimat untuk mengamankan daerahnya.

Hingga kini tanah tersebut masih tersimpan di MERANGGAU kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau.

Kerajaan Meliau tidak meninggalkan catatan sejarah yang nyata bagi keturunannya. Ceritra rakyatpun belum dapat diketemukan. Mungkin hal ini tidak ada orang tua yang mengetahuinya, karena waktu penjajahan Belanda yang begitu lama. Sehingga orang tua yang mengetahuinya tak ada sama sekali.

Hanya yang dapat diingat dan punya catatan, pendudukan dan pemerintahaan Belanda. Meliau terkenal dengan pemerintahaan Gauvernement Gebied (Belanda).

Tentulah banyak orang akan bertanya kenapa Meliau menjadi demikian ?

Pada waktu pemerintahaan PANGERAN ADIPATI MANGKU NEGARA (1866) di Meliau, ia bermohon berhenti. Ia berhenti dengan belum ada penggantinya. Putera mahkota masih terlalu muda. Belum sanggup memegang pimpinan. Putera mahkota RADEN MUSTAPA pun dalam usia yang terlalu muda itu telah merantau keluar derah. Tak tahu pula kemana tempat tinggal perantauannya. Tapi karena pemerintah Belanda yang banyak menaklukan daerah di Indonesia, maka muda saja mencarinya dengan menggunakan segala wakil-wakil Belanda di mana-mana tempat. Akhirnya putera mahkota diketemukan di Minahasa North Celebes (Sulawesi Utara). Beliau merantau sambil berdagang. Disana beliau telah memeluk agama Kristen.
Belanda membujuknya dan membawanya kembali ke Meliau, setibanya di Meliau ia kembali ke agama Islam (1869).

Tahun yang sama beliau dinobatkan raja dengan gelar RATU ANUM PAKU NEGARA. Keraton dan sebuah pendopo dibangunnya dari kayu dengan model yang indah waktu itu. Kedua bangunan ini telah didirikannya dikota MELIAU. Ia wafat pada tahun 1885. Putera tunggalnya, ABDUL SALAM padawaktu itu sedang menjabat jaksa di Betawi / Jakarta. Beliau diundang ke Meliau untuk menggantikan martabat ayahnya. Bergelar PANGERAN RATU MUDA PAKU NEGARA alias PANGERAN MENADO. Menurut kisahnya, ia telah kecewa atau kurang puas dengan penghasilannya. Terlalu kecil jika dibandingkan dengan pendapatannya sebagai jaksa di Betawi.
Pada tahun 1889 tanggal 2 Agustus, atas kemauannya sendiri telah meninggalkan takhta kerajaan. Kemauannya ini telah dikabulkan dan kembalilah ia ke Betawi untuk meneruskan jabatannya.

Tahun 1897, beliau wafat dengan tidak meninggalkan turunan. Karena vacuum kerajaan Meliau, maka kerajaan Tayan merangkap memegang pimpinan kedua kerajaan, Tayan dan Meliau.

Dengan beslit no. 23 tanggal 15 januari 1890, Gusti Mohamad Ali telah memegang / menggabungkan kedua kerajaan dibawah pemerintahaannya. Pelaksana beslit ini mulai berlaku pada tanggal 26 Pebuari 1890.

Pada tahun 1905, mangkatlah beliau dan telah meninggalkan lima putera dan tujuh orang puteri.

Putera mahkota yang tertua, GUSTI TAMJID PANGERAN RATU naik takhta dengan gelar PANEMBAHAN ANUM PAKU NEGARA.

Pada masa pemerintahan Panembahan ANUM PAKU NEGARA inilah kerajaan Meliau dijadikan Belanda suatu daerah pemerintahannya dengan status GAUVERNEMENT GEBIED. Itulah sebabnya sejarah kerajaan Meliau tidak dapat memberikan satu data-data penonjolan bagi generasi kemudian.


Sumber:

SEJARAH – HUKUM ADAT
DAN ADAT ISTIADAT
KALIMANTAN – BARAT

Oleh : J.U. Lontaan

Rabu, 11 Februari 2009

KELADI TIKUS Obat Sakit Kangker Juga


SIAPA TAU ANDA PERLU.
JIKA ANDA MAU BERBAIK HATI TERHADAP SESAMA....TOLONG SEBARKAN INFORMASI INI...

Para penderita kanker di Indonesiadapat memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman "KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan berbagai penyakit berat lain. Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "Tanaman ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs.Patoppoi Pasau, orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia .. Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan pasien dari Malaysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru, Singapura, dan berbagai negara di dunia. Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut. "Sebelum menjalani kemoterapi, dokter mengatakan agar kami menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan," jelas Patoppoi. Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysia untuk membeli teh tersebut," ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah toko obat di Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996. "Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut. Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi, tapi langsung pulang ke Indonesia ," kenang Patoppoi sambil tersenyum. Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu. Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat, familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya.
Ternyata, mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanaman tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.

Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,"lanjut Patoppoi. Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku tersebut untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya, Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman tersebut. "Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut tumbuh liar di pinggir sungai," kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu.
Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu makan ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni. Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani pemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta ," kata Patoppoi. Para dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada isterinya. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi. Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali diundur menjadi enam bulan sekali."Tetapi karena sesuatu hal, para dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan tanaman sebagai pengobatan alternatif," sambung Boni sambil tertawa.
Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi dr.Teo melalui fax untukmenginformasik an bahwa tanaman tersebut banyak terdapat di Jawa dan mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di Indonesia. Kemudian Dr .. Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung Patoppoi. Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam bahasa Indonesiadan disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan agar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha nyata membantu penderita kanker di Indonesia.
Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai meninggalnya Wing Wiryanto, salah satu wartawan handal Jawa Pos,Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala, penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan tersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut. "Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos,"ujar Boni. Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari, bisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada sekitar 300 orang yang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani, Buduran Sidoarjo. Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahim stadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi. Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya laku dijual untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos. Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi, karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.
Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno, Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang , Malaysia .Di cancer Care Penang, Malaysia , Patoppoi mendapat penerangan lebih lanjut mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia . Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live" edisi revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku tersebut, serta pengalaman isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker. Dari pembicaraan mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi mendirikan perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya . Maka secara resmi, Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial Cancer Care Indonesia , yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care, yaitu di Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta , telp. 021-4894745, dan di Buduran, Sidoarjo. Cancer Care Malaysia telah mengembangkan bentuk pengobatan tersebut secara lebih canggih. Mereka telah memproduksi ekstrak Keladi Tikus dalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagai tananaman lainnya dengan dosis tertentu. "Dosis yang diperlukan tergantung penyakit yang diderita," kata Boni. Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yang menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui fax ke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami fax-kan. Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep sekaligus obatnya, dengan harga langsung dari Malaysia , sekitar 40-60 Ringgit Malaysia ," lanjut Boni. "Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat, kami tidak menarik keuntungan, malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan perpanjangan waktu pembayaran. " tambahnya. Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh salah satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker ginjal. Ada dua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabat sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabaya ini. Pasien pertama yang mengidap kanker rahim tidak sempat diberi pengobatan dengan keladi tikus, karena telah ditangani oleh rekan-rekan dokter yang telah memiliki reputasi. Setelah menjalani kemoterapi dan radiologi, pasien tersebut mengalami kerontokan rambut, kulit rusak dan gatal, dan selalu muntah. Tetapi pada pasien kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter ini menanganinya sendiri dan juga memberikan pil keladi tikus untuk membantu proses penyembuhan kemoterapi. Pada pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialami penderita pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapi dokter ini menolak untuk diekspos karena menurutnya, pengobatan ini belum resmi diteliti di Indonesia .
Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai pengobatan alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai "ter-kun" atau dokter-dukun. "Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan modern," kata dokter tersebut. Banyak hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikan bantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan sabu-sabu di Surabaya, yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat kanker paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III, pasien tersebut mengkonsumsi pil dan teh dari Cancer Care. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata obat tersebut dapat mengeluarkan racun narkoba dari peredaran darah penderita dan mengatasi ketergantungan pada narkoba tersebut.
"Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun dengan keladi tikus, dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan timbul resistensi. Jadi jangan seperti kebo, habis mandi berkubang lagi," sambung Boni sambil tertawa.
Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangan kanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidak mempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat kemudian pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan. Menurut data Cancer Care Malaysia, berbagai penyakit yang telah disembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker payudara, paru-paru, usus besar-rectum, liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa, leukemia, empedu, pankreas, dan hepatitis.
Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaran Ringgit Malaysia selama 5 tahun dapat benar-benar berguna bagi dunia kesehatan.
Bagi teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungan dengan artikel "Obat Kanker" bisa menghubungi perwakilan lembaga sosial "Cancer Care Indonesia " beralamat di Jl. Kayu Putih 4 no.5 Jakarta , telp : 021-4894745,

Kamis, 29 Januari 2009

10 Racun Iman

Ada 10 racun iman dalam diri kita yang jelas akan muncul dalamperilaku sikap-mental kita dalam hidup sehari-hari. Apabila racun ini tidaksegera dinetralisir, maka kita bisa jatuh sebagai kristen Hipokriti. Ayat renungan Gal 5: 22-23.



1. Racun pertama:Menghindar Gejalanya, lari dari kenyataan, mengabaikantanggung jawab, padahal dengan melarikan diri dari kenyataan kita hanya akanmendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.Antibodinya: RealitasCara: Berhentilah menipu diri. Jangan terlalu serius dalam menghadapimasalah karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi pasien yang selalumengikuti kesedihannya dan merasa lingkungannya menjadi sumber frustasi. Jadi,selesaikan setiap masalah yang dihadapi secara tuntas dan yakinilah bahwasegala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakan dengan keras.



2. Racun kedua: Ketakutan Gejalanya, tidak yakin diri, tegang, cemas yangantara lain bisa disebabkan kesulitan keuangan, konflik perkimpoian, kesulitanseksual.Antibodinya: KeberanianCara: Hindari menjadi sosok yang bergantung pada kecemasan. Ingatlah 99persen hal yang kita cemaskan tidak pernah terjadi. Keberanian adalahpertahanan diri paling ampuh. Gunakan analisis intelektual dan carilah solusimasalah melalui sikap mental yang benar. Kebenarian merupakan merupakan prosesreedukasi. Jadi, jangan segan mencari bantuan dari ahlinya, seperti psikiateratau psikolog.



3. Racun ketiga: EgoistisGejala: Nyiyir,materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada memberi.Antibodinya: Bersikap sosial.Cara: Jangan mengeksploitasi teman. Kebahagiaan akan diperoleh apabilakita dapat menolong orang lain. Perlu diketahui orang yang tidak mengharapkanapapun dari orang lain adalah orang yang tidak pernah merasa dikecewakan.



4. Racun keempat: StagnasiGejalanya: Berhenti satu fase, membuat dirikita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.Antibodinya: AmbisiCara: Teruslah bertumbuh, artinya kita terus berambisi dimasa depan kita. kita kanmenemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.



5. Racun kelima: Rasarendah diriGejala: Kehilangan keyakinan diri dankepercayaan diri serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.Antibodinya: Keyakinan diriCara: Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang yakin dirinyaakan kalah. Bila kita yakin akan kemampuan kita, sebenarnya kita sudahmendapatkan separuh dari target yang ingin kita raih. Jadi, sukses berawal padasaat kita yakin bahwa kita mampu mencapainya.





6. Racun keenam: NarsistikGejala: Kompleks superioritas, terlampausombong, kebanggaan diri palsu.Antibodinya : Rendah hatiCara: Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman, karenatanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia. Hindari sikap sok tahu.Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lainsehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.



7. Racun ketujuh:Mengasihani diri Gejala: Kebiasaan menarik perhatian, suasanayang dominan, murung, menghunjam diri, merasa menjadi orang termalang didunia.Antibodinya : SublimasiCara: Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri.Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan terobsesiterhadapketergantungan kepada orang lain.



8. Racun kedelapan: Sikapbermalas-malasan Gejala: Apatis, jenuh berlanjut, melamun,dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.Antibodinya: KerjaCara: Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudahkita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja. Hindari kecenderunganuntuk membuat keberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa henti.



9. Racun kesembilan: Sikaptidak toleran Gejala: Pikiran picik, kebencian rasial yangpicik, angkuh, antagonisme terhadap agama tertentu, prasangka religius.Antibodinya:Kontrol diriCara: Tenangkan emosi kita melalui senimengontrol diri. Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadartoleransi kita. Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dari keberagamankultur dan agama.



10. Racun kesepuluh: KebencianGejala: Keinginan balas dendam, kejam,bengisAntibodinya: Cinta kasihCara: Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan. Kebencianmerupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa ketidakbahagiaan.Orang yang memiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri karenamembenci orang lain. Satu-satunya yang dapat melenyapkan rasa benci adalahcinta. Cinta kasih merupakan kekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.

Pohon patah tulang obat penyakit kanker




Penyakit kanker merupakan penyakit yang bisa mengakibatkan kematian, dan apabila seseorang terkena penyakit ini maka akan mengalami penderitaan fisik yang luar biasa dan sangat menguras kantong kita, ini dikarenakan biaya perawataan dan obat yang cukup mahal.

Menyadari akan penderitaan ini, maka saya akan membagikan sedikit pengalaman pengobatan alternatif yang mengunakan tumbuhan alami tanpa bahan kimia dan tdk perlu mengeluarkan biaya.

Nama tumbuhan : PATAH TULANG bentuknya adalah seperti akar pohon dan tumbuhannya tidak ada daun.

Cara konsumsi : ambil satu gelas air minum yang sudah direbus, kemudian tumbuhan patah tulang ini diambil getahnya sebanyak 1 tetes untuk dicampurkan di air yang ada digelas, kemudian diaduk sehingga merata terus di minumkan kepada sipenderita.

Untuk penderita kanker yang belum mencapai tingkat 3 kemungkinan besar dapat disembuhkan.

pengalaman ini saya dapatkan dari seorang Bruder/biarawan di gereja katolik yang namanya sy sudah tidak ingat lagi beliau bertugas di Argentina.

Selain untuk pengobatan kangker pohon ini juga dapat menyembuhkan penyakit KUTIL pada kulit kita.
Semoga pengalaman ini bisa membantu untuk yang membutuhkan.